By isniniyah
Belakangan ini banyak Praktisi yang mengajukan pertanyaan baik melalui SMS,
e-mail, Forum diskusi bahkan di FB. Intinya menanyakan mengapa setelah
melakukan terapi kepada pasien, mengakibatkan praktisi mengalami
ketidaknyamanan secara fisik, bahkan banyak juga yang «tumbang»
berhari-hari. Untuk menghindari berbagai hal yang tidak seharusnya terjadi,
saya merasa perlu untuk menjelaskan beberapa pedoman penyembuhan penyakit dan
penanganannya.
Pedoman penyembuhan penyakit berikut ini masih berupa garis besarnya saja;
sekedar panduan agar tidak terjadi kesalahan teknis di dalam mengaplikasikan
berbagai teknik penyembuhan yang sudah kita pelajari di Waskita
Reiki. (Panduan teknik yang lebih mendetil dalam penyembuhan segera
di-release jika data-data yang dimaksud sudah terhimpun dan teruji secara valid
oleh Bidang Litbang)
«Penentuan Jenis Energi Yang Digunakan Dalam Penyembuhan»
Seperti sudah kita ketahui bahwa di Waskita Reiki kita mengenal setidaknya
3 (tiga) jenis energi yang digunakan untuk penyembuhan yaitu : Reiki, Esoteric
dan Kundalini; dimana masing-masing jenis energi tersebut memiliki teknik dan
kriteria yang berbeda-beda penerapannya dalam menyembuhkan penyakit.
Reiki
paling sesuai diterapkan pada penyakit-penyakit yang berhubungan dengan
syaraf, karena berfungsi sebagai neuro-transmitter yang dapat menenangkan
syaraf dan memperbaiki kemampuan penyembuhan dalam tubuh manusia. Penyakit
yang dapat disembuhkan dengan Reiki antara lain : berbagai penyakit psikis
(stress, depresi, trauma, phobia, kecanduan, insomnia) salah urat,
terkilir, syaraf terjepit, alergi, maag, vertigo, asma, hypertensi,
diabetes, wasir, kanker dan sejenisnya.
Energi
Esoteric paling sesuai digunakan untuk penyembuhan penyakit yang «ada
hubungannya dengan darah» misalnya: asam urat, kolesterol, anemia, demam
berdarah, toxoplasmosis, lupus, leukimia, keracunan, stroke, jantung
koroner dan sejenisnya; serta penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus
dan jamur misalnya : semua jenis radang, typus, TBC, flek paru-paru,
hepatitis, kista, TORCH.Energi
Kundalini digunakan untuk memperbaiki kerusakan jaringan (regenerasi sel),
penyembuhan penyakit degeneratif, mengendalikan hormon, menyembuhkan
masalah-masalah pada kulit dan meningkatkan stamina. Penyaluran
energi Kundalini dapat dilakukan secara langsung menggunakan jari tengah;
digunakan untuk menangani penyakit yang memerlukan penyaluran energi
secara terfokus, misalnya untuk memecahkan batu ginjal, batu empedu,
memaksa terjadinya daur ulang sel tumor jinak, dan mempercepat pemulihan
organ tulang yang rusak. Energi disalurkan dengan konsentrasi penuh dan
kecepatan maksimal, tetapi otot lengan jangan sampai tegang. Teknik
yang sama dapat pula dilakukan untuk memberikan terapi pada pasien
dengan penyakit yang tebarannya lebih luas, misalnya pada kasus kerusakan
organ dalam, pemulihan luka pasca operasi, serta untuk menangani
masalah-masalah yang ada di kulit dan sejenisnya; dengan meniatkan agar
energi Kundalini menyebar pada jaringan yang bermasalah.
Sementara
penyaluran energi Kundalini menggunakan telapak tangan sambil tetap
melakukan putaran hawa hangat dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan
stamina, misalnya untuk menyadarkan orang yang pingsan karena kelelahan.
Pengelompokan di atas masih didasarkan pada jenis energi yang paling sesuai
untuk penanganan tiap-tiap jenis penyakit. Akan tetapi pada kenyataan yang
terjadi di lapangan, sering kali terjadi komplikasi dimana seorang pasien
menderita lebih dari satu penyakit; atau satu keluhan penyakit disebabkan oleh
berbagai sebab. Pada kondisi ini pasien memerlukan penanganan yang lebih
mendalam karena penyakitnya tidak bisa dituntaskan hanya dengan menerapkan satu
teknik saja. Dalam hal ini kita harus memadukan berbagai teknik yang sudah kita
kuasai untuk menuntaskannya. Untuk itulah kita dituntut agar dapat menganalisa
secara akurat dan mengerti penyebab sebenarnya dari suatu penyakit, bukan
sekedar berdasarkan gejalanya saja, sehingga bisa memberikan terapi secara
tepat.
Contoh yang paling sederhana dan sangat umum sering terjadi terjadi pada
kasus pusing/sakit kepala. Sakit kepala pada umumnya hanya merupakan gejala,
sementara penyebab yang sesungguhnya bisa bermacam-macam, misalnya : stress,
hypertensi, anemia, sakit gigi/radang gusi, tukak lambung, perubahan hormonal,
terlalu letih, terlambat makan dan sebagainya. Terapi Reiki pada awalnya
tentu saja bisa membantu untuk meredakan rasa sakit kepala yang diderita,
terutama jika kasusnya hanya sebatas stress atau hypertensi saja. Akan
tetapi jika ternyata sumber penyakitnya disebabkan oleh organ tubuh yang
mengalami radang, sementara rasa pusing/sakit kepala hanya merupakan salah satu
gejala, tentu saja penanganannya bukan lagi dengan Reiki melainkan dengan
teknik Esoteric, atau dapat diberikan keduanya. Sedangkan jika sumber
penyebab pusing/sakit kepala disebabkan oleh perubahan hormonal, tentu saja
teknik yang digunakan dalam penyembuhan adalah penyaluran energi Kundalini,
atau gabungan antara Reiki dan Kundalini.
Contoh lain yang juga sangat umum, sering terjadi pada kasus
panas/demam. Suhu tubuh yang meningkat pada umumnya disebabkan oleh
terjadinya infeksi. Untuk itu kita harus mencari tahu bagian tubuh manakah dari
pasien yang terkena infeksi, dan sejauh mana tingkat keparahannya. Untuk
kasus infeksi kronis pada umumnya disertai pula dengan terjadinya kerusakan
jaringan, sehingga penanganannya disamping menggunakan teknik Esoterik,
sebaiknya diberikan pula terapi Kundalini untuk memperbaiki jaringan yang
rusak.
Dengan demikian bisa dipahami bahwa setiap praktisi diharapkan dapat
melakukan analisa yang akurat terhadap penyebab penyakit sebelum melakukan
terapi, agar dapat menentukan secara tepat teknik yang paling sesuai, termasuk
perlu tidaknya mengkombinasikan beberapa teknik dalam upaya penyembuhan.
Jika praktisi belum mampu melakukan deteksi penyakit secara clairvoyance,
langkah yang paling aman adalah menanyakan hasil pemeriksaan laboratorium yang
biasanya sudah dimiliki oleh pasien; atau setidaknya praktisi dapat melakukan
wawancara terhadap pasien untuk mengetahui riwayat penyakitnya.
Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan deteksi, sehingga praktisi
dapat menentukankan teknik yang paling tepat, dan penanganan penyakit tidak
terkesan asal-asalan. Untuk memastikan apakah pasien sudah benar-benar sembuh,
dapat dilakukan uji labratorium setelah sesi terapi dianggap tuntas.
«Kesalahan Teknis Yang Sering Terjadi Pada Saat Terapi»
Sebenarnya
sejak pertama kali belajar Reiki sudah dijelaskan bahwa penyembuhan dengan
Reiki tidak memerlukan upaya apapun dari Praktisi, kecuali hanya menerapkan
sikap rileks dan pasrah. Semakin rileks dan pasrah, aliran energi
semakin lancar. Doa dan niat penyembuhan «secara pasrah» dilakukan di
awal sebelum kita mengalirkan energi. Setelah energi mengalir, ya
tetap rileks sajalah... tidak perlu meniatkan apa-apa lagi. Sedikit saja
kita melibatkan emosi, emphaty atau keinginan yang berlebihan dalam
mentargetkan kesembuhan, justru akan menghambat aliran energi, bahkan
cadangan energi yang ada pada tubuh kita bisa ikut terserap ke tubuh
pasien. Kondisi ini memungkinkan terjadinya feedback yang dapat
menyebabkan Praktisi mengalami ketidaknyamanan fisik, bahkan tak jarang
bisa mengakibatkan sakit berhari-hari. Hal ini terjadi karena selain
cadangan energi yang ikut terkuras, Praktisi juga dapat terkontaminasi
penyakit yang diderita pasien.
Lain
halnya dengan terapi menggunakan Esoteric, tidak ada lagi istilah pasrah
karena energi yang disalurkan harus dikendalikan dengan «harapan».
Kita «berharap» energi yang kita kirimkan bisa bekerja di tubuh pasien,
tetapi harapan ini diasumsikan «harus terjadi / pasti terjadi», sehingga
seolah kita dituntut menggunakan daya cipta kita untuk «menciptakan
energi» di tubuh pasien. Satu hal lagi yang harus dipahami, bahwa
melakukan terapi dengan menggunakan Esoteric dapat mempengaruhi daya tahan
tubuh kita, karena sebagian dari antibody yang ada pada tubuh kita
«terkirim» ke tubuh pasien. Untuk itulah kita harus mampu menakar
kemampuan dan kapasitas energi yang kita miliki pada saat melakukan
transfer energi, untuk mengantisipasi agar tidak jatuh sakit karena
antibody sendiri menjadi terkuras. Jangan lupa untuk melakukan re-charge
energi sebelum melakukan terapi menggunakan Esoteric. Melakukan transfer
energi Esoteric tanpa memiliki cadangan energi yang cukup dapat
menimbulkan rasa lemas, kelelahan yang luar biasa, bahkan dapat jatuh
sakit dengan berbagai keluhan, seperti pusing, mual, muntah, vertigo, dan
demam.
Berbeda
dengan kedua teknik di atas, energi Kundalini disalurkan dengan
menggunakan «niat». Penyaluran energi Kundalini untuk
penyembuhan sampai sejauh ini efektif bila posisi Kundalini Praktisi sudah
berada di atas Cakra Dasar. Untuk menyalurkan energi Kundalini terutama
jika menggunakan tangan kiri harus dilakukan dengan tenang dan hati-hati,
karena jika «meleset» dari jalurnya dan mengenai jantung dapat
menimbulkan rasa nyeri atau sesak.
Dengan adanya panduan peyembuhan ini saya berharap bisa memberikan masukan
dan manfaat terutama bagi Praktisi yang selama ini masih belum memahami benar
bagaimana menentukan metoda terapi yang tepat untuk tiap-tiap jenis penyakit.
Untuk selanjutnya Bidang Litbang akan me-release secara berkala panduan
mengenai penanganan berbagai penyakit berdasarkan penyebabnya secara lebih
mendetil.